SEJARAH PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI LERENG BUKIT JABALKAT
mengunjungi obyek wisata seperti sekarang ini, saya
termasuk orang yang lebih suka liburan ke tempat-tempat bersejarah seperti
museum, situs, candi dan beragam lokasi bersejarah lainnya. Bahkan saya punya mimpi
ingin menjelajahi wilayah Indonesia yang luas dan menemukan berbagai kekayaan
budaya Nusantara. Mudah-mudahan jika ada rejeki lebih dan waktu untuk
mewujudkan impian saya untuk keliling
Nusantara. Salah satu tempat wisata di Indonesia yang membuat saya penasaran sejak
masih kecil adalah Gunung Jabalkat. Saya mengenal nama Gunung Jabalkat dari
omongan-omongn orabg tua saya dan salah satu film kolosal Wali Songo. Film itu
bercerita Gunung Jabalkat yang berada di lokasi terpencil dan dikenal sebagai
lokasi pembuangan tahanan pada jaman Majapahit.
Saya pun bercita-cita satu saat
hari harus bisa menginjakkan kaki ke Gunung Jabalkat dan membuktikan segala
mitos yang beredar di kalangan masyarakat Jawa. Dan keinginan tersebut tercapai.
Sebenarnya saya nggak tahu kalau perjalanan wisata ke Jawa Tengah itu menuju
Gunung Jabalkat. Soalnya jauh-jauh hari saya dan teman-teman cuma berencana ke
kaliurang Sleman dan Candi Borobudur. Entah ide apa yang nyelonong sampai bisa ke
Gunung Jabalkat, tahu-tahu saya sudah membaca papan petunjuk menuju kawasan
Jabalkat. Sontak saya kegirangan dan antusias banget. Surau setelah deretan
tangga menuju makam Sunan Bayat Gunung Jabalkat Adalah Bukit Yang Tandus Gunung
Jabalkat berada di kecamatan Bayat, kota Klaten, propinsi Jawa Tengah. Nggak
seperti cerita para sesepuh atau kakek nenek saya yang menyatakan Jabalkat
sebagai tempat pengasingan buat para pembangkang, saat ini Jabalkat sudah sama
ramai dan berkembang sama dengan wilayah lain di Jawa Tengah. Lebih dari itu,
Gunung Jabalkat dibangun menjadi salah satu tempat wisata di Jawa Tengah yang
bisa diandalkan. Gunung Jabalkat aslinya adalah bukan sebuah gunung. Menurut
saya, Jabalkat lebih tepat disebut sebagai Bukit Jabalkat karena berada di
dataran tinggi, bukan pegunungan. Namun sebutan yang terlanjur salah kaprah di
masyarakat membuat nama Jabalkat lebih identik dengan nama gunung. Perjalanan
menuju Jabalkat melewati jalan berpasir yang tandus. Celakanya, waktu saya
liburan ke Jabalkat waktu itu bulan November dan cuaca sedang terik. Mungkin
inilah efek pemanasan global yang bikin acara liburan kita jadi nggak bisa
terprediksi kapan hujan kapan panas. Karena saya orang yang alergi terhadap
debu, saya agak tersiksa oleh kondisi demikian. Menapak Ribuan Tangga di Makam
Sunan Bayat Overall, saya bisa enjoy perjalanan menuju Gunung Jabalkat yang
panas menyengat. Dan penderitaan cuaca ekstrim belum berakhir. Perjalanan
wisata di Klaten ini menuju makam Sunan Bayat.
Lokasi makam tepat berada di
puncak bukit, eh maksudnya Gunung Jabalkat. Untuk mencapai lokasi makam Sunan
Bayat, wisatawan harus melewati ratusan tangga berundak. Dan aturannya adalah
nggak boleh pakai alas kaki. Hiks! Siang hari harus nyeker di lantai panas
dengan terpaaan matahari. Saya ingat betul waktu itu kira-kira jam 1 siang pas
matahari sedang bersinar dengan ganasnya. Tanpa ba bi bu lagi saya cepat-cepat
melangkahkan kaki menuju tangga teratas dan berteduh di surau yang ada di
puncak bukit. Teman-teman satu rombongan kelihatan sama ngos-ngosan dengan
saya. Hehehe. Makanya, kalau mau liburan harus survey dulu biar tahu medannya.
Cuaca terik yang menyiksa tubuh saya terbayar oleh keindahan yang tersaji di
depan mata. Dari pagar makam, saya bisa menyaksikan pemandangan menakjubkan
Gunung Jabalkat dari ketinggian. Perpaduan tanah tandus dan hijau pepohonan
tampak serasi dengan arsitektur makam bergaya Jawa Klasik. Walaupun Sunan Bayat
adalah penyebar agama Islam, namun suasana Hindu masih tampak dalam gapura yang
berhias kala makara mirip candi Prambanan. Gapura Makam Sunan Bayat atau Sunan
Pandanaran Sejarah Sunan Bayat Dan Wali Songo Apakah acara ‘olahraga siang’ di
Gunung Jabalkat sudah selesai? Ternyata belum. Untuk menuju area utama makam,
wisatawan harus naik tangga lagi. Meski nggak sebanyak tangga di kaki bukit,
tapi tetap saja kaki terasa tersengat panas. Sekali lagi saya harus menguras
keringat untuk menjelajahi area bersejarah ini. Yang menyenangkan adalah di
area makam terdapat beberapa petugas penjaga makam.
Dari merekalah saya
menggali sedikit informasi seputar profil Sunan Bayat. Data yang saya dapat
dari aki-aki di Bayat saya kroscek dengan tulisan di Wikipedia. Disebutkan
bahwa Sunan Bayat adalah salah wali atau penyebar agama Islam di tanah Jawa.
Meski nggak termasuk dalam Wali Songo, nama Sunan Bayat termasuk tokoh yang
dihormati warga Jawa Tengah karena keturunan bangsawan dan bernama Pangeran
Mangkubumi. Nama lain Sunan Bayat adalah Sunan Pandanaran. Konon katanya, jaman
dulu kala sebelum masuk agama Islam, Sunan Bayat pernah dikutuk oleh Sunan
Kalijogo sehingga memiliki kepala kambing namun tetap berbadan manusia. Namun
karena tekad dan niatnya yang bulat dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Bayat
bisa pulih seperti sedia kala. Itulah cerita yang bisa saya bagi kali ini
mengenai acara liburan ke Gunung Jabalkat dengan mengunjungi lokasi makam Sunan
Bayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar